jump to navigation

Memahami Antropologi Suporter Bola 3 Februari 2010

Posted by aal in Esai, Lansir.
trackback

Dilansir dari Kompas Jatim, 2 Februari 2010

Oleh: Ali Usman*

Suporter adalah salah satu elemen penting dalam sepak bola. Tanpa suporter, atmosfer pertandingan sepak bola terasa hambar. Bagai sayur tanpa garam. Namun, suporter juga bisa bikin sepak bola ternoda. Itu bila mereka bertindak yang mencederai sportivitas. Tawuran, melempari wasit dan pemain, atau bahkan membakar stadion.
Ironisnya, noda-noda seperti itu masih menghiasi wajah sepak bola Indonesia. Ulah pendukung Persebaya Surabaya yang terlibat bentrok dengan warga di Solo (22/1) seakan membuka cerita lama tentang buruknya mental suporter di Indonesia. Memang, ada beragam versi terkait insiden tersebut. Ada yang bilang, Bonek—julukan pendukung Persebaya—sengaja bikin ulah dengan melempari warga. Namun, versi lain mengatakan bahwa Bonek lebih dulu diserang sehingga mereka membalas.
Apa pun versinya, yang pasti, insiden itu tak sepatutnya terjadi. Persebaya tidak sedang melakoni pertandingan di Solo. Ribuan suporter Persebaya itu hanya melintas di Solo karena akan menyaksikan tim kesayangannya berlaga melawan Persib Bandung.
Akibat dari semua itu, harus diakui, bahwa dari waktu ke waktu, dunia persepakbolan kita semakin runyam. Belum keluar dari miskin prestasi, pelbagai persoalan internal kerapkali membelit. Mulai dari lemahnya kaderisasi di PSSI, curat-marutnya di kepengurusan, hingga pada persoalan anarkisme suporter yang sering terjadi di banyak tempat.
Sungguh miris menyaksikan adegan kekerasan dan tindak anarkis itu, meski hanya lewat layar kaca. Kekerasan itu bukan pertama kali terjadi. Di waktu-waktu sebelumnya kekerasan itu selalu datang silih berganti. Kekerasan seolah menjadi penyerta yang tak bisa dihindari dalam dunia persepakbolaan Tanah Air.
Antropologi suporter
Secara sosio-antropologis, dalam wujud praksis, menurut Anung Handoko (2008: 14) yang membagi penonton menjadi dua golongan. Pertama, penonton yang murni ingin menikmati permainan cantik saja, tidak peduli dari tim mana pun, dan kedua, adalah penonton yang berpihak pada tim tertentu. Yang kedua inilah kemudian disebut dengan istilah khusus supporters.
Para suporter itu dengan sangat kreatif membuat jargon-jargon tertentu untuk menamai kelompoknya. Fenomena itu bukan hanya terjadi di negara kita, tapi telah mengglobal di hampir setiap klub di dunia yang mempunyai suporter fanatik. Misalnya, Milanisti (AC Milan), Liverpudlian (Liverpool), Laziale (SS Lazio), dan lain-lain. Sedangkan di dalam negeri, selain Persebaya, kita juga mengenal Slemania (PSS Sleman Yogyakarta), Aremania (Arema Malang), Jakmania (Persija Jakarta), Brajamusti (PSIM), Pasoepati (Persis Solo), dan sebaginya.
Dalam perkumpulan dan kelompok tersebut, kita bisa menyaksikan secara cermat, bahwa antar suporter sebenarnya tidak lagi mengenal dan memperhitungkan ras, warna kulit, suku atau etnis, bahkan agama sekalipun. Semuanya menjadi satu mendukung tim kesayangannya. Seolah martabat mereka diwakili dan diemban oleh kesebelasan. Di sini, suporter seolah melengkapi sebagai pemain yang keduabelas. Ini juga berlaku pada tim merah putih tatkala melawan negara-negara tetangga di banyak momen.
Sebagai bentuk konflik, dalam pandangan Aji Wibowo (2005), pada dasarnya sepakbola merupakan olahraga yang di dalamnya terdapat upaya saling mengalahkan untuk memperoleh kemenangan. Sedangkan spirit kompetisi diwujudkan dengan adanya aturan-aturan permaianan, yang dibuat oleh otoritas yang berwenang, guna menjamin keadialan dalam lapangan.
Dalam kondisi demikian, suporter sebagai bagian yang terlibat langsung dengan tim yang bertanding ikut terseret dalam situasi konflik. Suporter hadir di arena pertandingan dengan tujuan mendukung untuk menaikkan mental dan moral tim yang didukung sekaligus meneror mental tim lawan. Ketika dua kelompok suporter bertemu di arena pertandingan dengan tujuan yang sama namun berbeda tim yang didukung, maka yang terjadi adalah pertentangan, perang yel-yel, dan saling ejek.
Tauladan Slemania
Barangkali Persebaya perlu berkaca pada suporter Slemania, yang mempunyai slogan, “Slemania Edan Tapi Sopan” tampaknya memang layak diapresiasi karena pada 2004 mendapat penghargaan sebagai suporter terbaik. Itu sebabnya, tidak heran, saat melintasi wilayah DI Yogyakarta, kereta api luar biasa sempat disambut suporter PSS Slemania. Mereka memberi para bonek minuman kemasan, rambutan, dan semangka (Kompas, 25/01/2010).
Secara sosiologis, keramahan, ketertiban, dan kesopanan Slemania dapat dibenarkan. Menurut penelitian Wahyudiyono (2004) basis kulutural sangat mempengaruhi kejiwaan masing-masing suporter. Ia membuat komparasi antara kelompok suporter Slemania dan Panser Biru Semarang. Alhasil, Slemania yang berasal dari masyarakat Yogyakarta dengan kultur yang agraris, non-industrial, dan memiliki loyalitas secara kultural terhadap kraton yang memegang nilai-nilai Jawa yang kuat.
Nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat Yogyakarta, seperti nrimo ing pandum atau alon-alon waton kelakon, ikut membentuk perilaku Slemania dalam mempertahankan identitas sebagai pendukung PSS Sleman yang kreatif dan anti-anarkis. Sebaliknya, Panser Biru dilahirkan dari masyarakat kota industri yang sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial masyarakat industrial. Ciri masyarakat perkotaan yang cenderung individualis dan persaingan sosial yang ketat memberi dampak bagaimana konsep solidaritas dalam kelompok suporter Panser Biru.
Pada ranah itu, solidaritas mereka menjadi kurang kuat, fanatisme mereka pun cenderung teraktualisasi dalam bentuk vandalisme, anarkisme, dan destruktifisme. Tidak heran jika kekalahan mereka pandang sebagai suatu hal yang tabu terjadi karena mereka merasa hak atau harga diri mereka diambil oleh orang lain.
Akhirnya, melalui perspektif ini, dapatlah kita menerka sendiri perilaku tiap-tiap suporter yang menyertai tim kesayangnya. Adakalanya damai, sopan, dan tertib. Tapi tak bisa disembunyikan pula, bahwa terdapat suporter yang hobi melakukan tindakan anarkis. Dengan demikian, kita menjadi tahu bahwa perkumpulan suporter mencerminkan banyak aspek atau nilai-nilai: toleransi, solidaritas yang tinggi, dan bahkan konflik.
Jika ini tidak diurus dengan baik oleh pihak terkait, maka tetaplah terpuruk nasib persepakbolaan kita. Maju terus sepak bola Indonesia, damai selalu para suporter.
*Ali Usman, pencinta bola, tinggal di Jogjakarta
**gambar/foto di atas diunduh dari http://www.google.co.id

Komentar»

1. mobil88 - 3 Februari 2010

Tulisan yang luar biasa, teruslah berkarya…
🙂
http://mobil88.wordpress.com

2. aal - 3 Februari 2010

tangkyu….

3. HILAL ALIFI - 4 Februari 2010

Hahaha… sepakat!!

Bonek emang bajingan,
HIDUP AREMA!!!

note:
blogmu kena spat, tuh. 😐

bonek sejati pembunuh arema/arewaria - 21 September 2011

arewaria bangsaat

menara-23 - 9 Maret 2012

salam kenal, kita boleh saja bersaing dalam mendukung tim kesayangan kita khususnya daerah asal kita, tapi jangan jadikan persaingan tersebut memecah persaudaraan bangsa kita, ingat tanah air satu : “INDONESIA”, bangsa satu : “INDONESIA”, bahasa satu : “INDONESIA”

Xhin Gun Sadam - 6 Januari 2013

jaNCOK Koen,, !! dasar Arema NjipLAKK,,!!

4. aal - 6 Februari 2010

hilal: wah, komentarmu menunjukkan sentimentil dan ideologis. pasti krn dendam, Arema sering kalah oleh Persebaya, heeee

5. dea - 23 April 2010

bonex gak akan buat ricuh kalau nggak ada yg MULAI!!!!!!!!!!!

6. sempakbola - 17 Oktober 2010

jd suporter jgn trlalu fanatik, klo sudh terlalu fanatik ya gak bisa nerima klo ada org yg mmbeda2kan tim ksayangannya, ujung2nya baku hantam prestasi nol

7. Ironade - 3 Januari 2011

JanCOK KABEH

8. albertus mantan smp 1 bwi - 13 Februari 2011

bonek iku asline bagus tapi berbanding 80-20 dgn aremania salam 1 jiwa

9. bonek sejati pembunuh arema/arewaria - 21 September 2011

arewaria itu anjing…
dan aremania jancoook

10. bonek sejati pembunuh arema/arewaria - 21 September 2011

aremania(adalah prkumpulan para banci dan waria yg suka melacur di jalanan)
aremania jancook

Xhin Gun Sadam - 6 Januari 2013

oke jeh. Benar itu AREMA tukang Njiplak..!!

Arema Bangsat,!! Jancok,..!! dilansir dri media massa Suroboyo area jatim suporter pling bnyak BONEK..! arema kui TEMPEK TOROK..ASU..!

11. artima021 - 5 Januari 2012

surabaya kaya tai anjing ngentot bangsat copo tt radar eror baal gw the jak mania suet juara di isl liga spains the jak vs bonek kaya tai % 999999 vs % 1

12. JON - 16 Maret 2012

setuju,,,salam dari suporter wonosobo–“LASKAR KOLODETE”
SEMOGA SEPAKBOLA LEBIH MAJU


Tinggalkan Balasan ke aal Batalkan balasan